Kata orang masa anak-anak adalah masa paling menyenangkan, karena saat menjadi anak-anak kita belum terbebani oleh banyak pikiran, kebutuhan dan lain sebagainya. Pada masa anak-anak yang ada itu hanya canda, tawa, bermain, dan bersenang-senang. Tapi sekarang masa anak-anak sudah tidak menjadi masa yang menyenangkan lagi, lihat saja saat ini banyak anak yang putus sekolah karena tidak punya biaya. Mereka yang seharusnya belum merasakan susahnya bekerja, harus bekerja untuk bisa bertahan hidup. Di samping itu banyak juga anak-anak yang menjadi gelandangan, karena mereka tidak punya rumah untuk tinggal.
Di bawah ini adalah sedikit contoh dari anak-anak Indonesia yang sudah rela mengorbankan masa anak-anak nya untuk bisa bertahan hidup:
Sinar Polewali Mandar
Seorang gadis cilik bernama Sinar tidak bisa merasakan keceriaan anak sebayanya. Dia harus banting tulang memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus mengurusi ibunya yang terbaring lumpuh di rumahnya. Meski begitu, Sinar tetap berusaha bisa bersekolah.
Warga Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, berusia enam tahun itu setiap hari menjalani rutinitas layaknya orang dewasa demi ibunya, Murni, yang sudah dua tahun terbaring lumpuh. Ayahnya, Anwar, yang sudah tiga tahun merantau ke Malaysia hingga kini tidak jelas kabarnya. Sedangkan tiga kakak dan dua adik Sinar tinggal di rumah nenek dan kerabatnya.
Di gubuk berukuran tidak lebih dari 4 x 6 meter yang berlokasi jauh dari permukiman, Sinar hanya berdua dengan ibunya. Ayahnya Anwar tidak pernah memberi kabar hingga kini. Tiga kakak dan empat adik Sinar, tinggal terpisah-pisah di rumah nenek dan kerabatnya.
Setiap hari, Sinar harus bangun pagi membereskan kebutuhan ibunya sebelum berangkat ke sekolah. Untuk memandikan ibunya, Sinar harus mengangkat air dari sumur ke atas rumah. Demikian untuk membersihan kotoran. Murni samasekali tidak bisa menggerakan kedua kakinya.
Sulit membayangkan beban yang harus dipikul murid kelas I SD tersebut yang berperan layaknya orang dewasa. Sinar mengaku kerap terpaksa tidak ke sekolah atau bolos karena harus mengusahakan bahan makanan, khususnya beras dengan meminta bantuan pada kerabat atau tetangga.
“Biasa saya tidak ke sekolah kalau sudah kehabisan beras,” akunya polos, Minggu 6 Desember 2009. Saat itu, Sinar tekun merawat ibunya dengan memijat kaki dengan mengoleskan bekas minyak goreng. Murni mengungkapkan kesedihan, melihat Sinar harus membanting tulang setiap hari untuk merawat dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.